Wednesday 25 May 2016

Menikmati Kearifan Lokal di Kampung Naga


Puluhan rumah panggung yang terbuat dari kayu dan beratap ijuk itu itu ibarat oase di tengah hamparan sawah yang menghijau. Tidak tampak kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun kendaraan roda empat yang terparkir di kampung kecil itu. Suasananya begitu tenang dan damai disertai gemericik air dari pancuran di dekat sungai. Beberapa lelaki terlihat bercengkerama di di kursi panjang dari potongan batang pohon kelapa yang terpacak di depan rumah. Sesekali derai tawa anak-anak yang bermain di tanah kosong memecah kesunyian kampung. Inilah Kampung Naga, salah satu kampung yang bertahan dengan kehidupan tradisional di Jawa Barat.

Kampung Naga berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya. Lokasinya tidak jauh dari jalan yang menghubungkan Kota Tasikmalaya dan Kota Garut. Tradisi leluhur yang berlandaskan ajaran Islam menjadi pedoman hidup yang melekat kuat hingga sekarang. Begitu juga dengan pemukiman warga berupa rumah yang terbuat dari kayu, beralas anyaman bambu dan beratap ijuk. Mereka bukan tidak mampu membagun rumah tembok, tapi inilah cara mereka memilih hidup bersahaja. Bagi mereka, ketenangan dan kedamaian jauh lebih penting dibanding kesenangan dengan cara bermewah-mewah.


Rumah warga Kampung Naga tidak memiliki pintu belakang karena mereka percaya rejeki yang mereka terima dari pintu depan akan keluar lagi lewat pintu belakang. Begitu juga dengan posisi ruang tamu dan dapur yang bersebelahan sehingga memudahkan tuan rumah menjamu tamunya. Prinsip hidup bersahaja ini membuat warga Kampung Naga tidak mau memiliki alat elektronik di dalam rumah. Untuk mandi dan buang air mereka memilih ke kamar mandi umum di luar area tanah adat. Kesederhaan itu juga tercermin dari cara mereka memasak yang masih menggunakan tungku kayu bakar.

Seturut cerita para sesepuh desa, kampung ini didirikan oleh Sembah Dalem Singaparna, abdi dalem Sunan Gunung Jati yang ditugasi menyebarkan Islam di tatar Sunda bagian barat. Dalam perjalanannya, Sembah Dalem mendapat petunjuk untuk membangun pemukiman di satu tempat yang kini menjadi Kampung Naga. Makam Sembah Dalem yang juga dikenal sebagai Eyang Singaparna ini berada di bagian barat Kampung Naga dan dianggap sebagai kuburan keramat atau sanget. Makam ini diyakini sebagai tempat tinggal mahluk halus oleh masyarakat Kampung Naga sehingga sangat dihormati.

Meski memeluk Islam, penduduk Kampung Naga sangat taat menjalankan adat dan kepercayaan nenek moyangnya. Kepercayaan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur atau karuhun. Bagi mereka, segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga atau tidak diajarakan para keruhun merupakan hal tabu untuk dijalani. Pelanggaran terhadap tradisi leluhur mereka yakini bakal mendatangkan bencana dan malapetaka. Kepercayaan ini berkaitan dengan keyakinan mereka terhadap kehadiran makhluk halus atau gaib di sekitar kita.

Hingga kini ada beberapa nama leluhur yang sangat dihormati di warga Kampung Naga seperti Pangeran Kudratullah yang dimakamkan di Gadog, Kabupaten Garut. Kudratullah dipandang sangat menguasai pengetahuan tentang Islam sehingga mendapat tempat di hati warga Kampung Naga. Begitu juga Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti yang dimakamkan di Taraju, Tasikmalaya yang mengusai ilmu kebal kewedukan. Ada pula Ratu Ineng Kudratullah atau Eyang Mudik Batara Karang yang menguasai ilmu kekuatan fisik kabedasan. Yang menarik warga Kampung Naga juga menaruh penghormatan besar terhadap Sunan Gunungjati Kalijaga, salah satu dari sembilan wali penyebar agama Islam di Jawa.

Ketika mengunjungi Kampung Naga, ada sejumlah larangan yang harus kita patuhi seperti tidak boleh berkata sembarangan, mematahkan ranting dan dahan pohon serta memotret tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Di hari-hari tertentu seperti Selasa, Rabu, dan Sabtu sebaiknya kita tidak mengunjungi kampung adat ini karena warga Kampung Naga dilarang membicarakan adat istiadat mereka da nasal-usul Kampung Naga kepada orang luar. Mengunjungi Kampung Naga pada hari-hari terlarang itu kita tidak akan mendapatkan cerita menarik tentang kampung yang satu ini.

No comments:

Post a Comment