Sunday 22 May 2016

Lezatnya Kepiting Kenari Tarakan


Godaan mencoba menu kepiting di Restoran Kepiting Kenari Tarakan itu seperti datang silih berganti. Semula rekan di kantor, Umar Darmaji mengirim pesan singkat dari Jakarta. “Jangan lupa mas makan kepiting kenari Tarakan,” katanya setelah tahu saya sedang di Tarakan. Pada awalnya kepiting kenari ini saya kira sejenis kepiting yang disajikan dalam berbagai rupa. Maklum, sejauh yang saya tahu kepiting memang beragam jenis dan bentuknya.

Saya sendiri lebih akrab dengan istilah rajungan dibandingkan kepiting. Rajungan merujuk sebutan pedagang di pasar di kampung saya dulu hingga sekarang. Jadi, tidak aneh kalau saya masih suka menyebutnya rajungan. Menu kepiting di restoran Tarakan itu kembali saya mampir di telinga saya di Pulau Sangalaki. Ketika makam malam, Pak Anton Thedy, kembali mengingatkan kalau besok siang kita akan mencoba kepiting yang berbeda dibanding yang lain. “Menu andalannya kepiting asam manis,”katanya.

Beberapa keunggulan menu ini dijelaskan secara rinci sambil menyebut beberapa menu yang layak dicoba. “Kalau mau pesan bawa pulang bisa dipesan sekarang,” katanya. Chandra Atmaja, official TX Travel Tarakan mendata nama kami yang ingin memesan. “Sudah dikemas dalam kotak khusus,” katanya. Duduk manis di Restoran Kepiting Kenari Tarakan itu akhirnya kesampaian juga. Setelah tiba di Pelabuhan Tarakan dari Sangalaki pukul satu siang, kami meluncur ke Swiss Belhotel Tarakan untuk menaruh barang.

Satu persatu kepiting asam manis dan kepiting lada hitam dalam piring besar mampir di meja. Menu tambahan tumis kangkung balacang. Kepiting asam manis itu sudah dipotong menjadi beberapa bagian. Satu piring besar terdiri dari lima ekor kepiting seukuran kepalan tangan orang dewasa. Piring yang lain berbeda tampilan karena kepitingnya lebih hitam bertabur bumbu lada.



Satu dua kali mencecap kepiting asam manis, kami terus menambah dan menambah. Entah sudah berapa bagian kepiting asam manis dan ladan hitam yang masuk ke dalam perut. Kalau biasanya makan nasi dengan lauk kepiting, kali ini seperti sebaliknya: makan kepiting berlauk nasi plus kangkung. Jika dibuat level kelezatan antara top markotop dan mak nyus seperti Pak Bondan di televisi, saya memilih level mak nyus untuk kepiting asam manis dan top markotop untuk kepiting lada hitam. Apalagi ketika mendapati telur kepiting yang tersembunyi di balik perut yang masih utuh, benar-benar nikmat rasanya.

Sebagai penggemar makanan laut dan hobi mencari kepiting di masa lalu, saya sudah merasakan berbagai jenis kepiting dan aneka bumbu yang menyertainya. Bahkan saya pernah mencoba kepiting kecil yang dibakar di atas lampu petromak sekadar iseng dengan teman-teman di masa sekolah dulu. Jadi lidah saya cukup akrab dengan hewan laut yang satu ini. Satu hal yang cukup menarik dari restoran di Tarakan ini adalah paduan rasa asam dan manis yang pas sehingga rasa dan tekstur asli daging kepiting tidak hilang.

Setelah merasakan nikmatnya kepiting asam manis itu, saya bergumam dalam hati. “Untung sudah pesan untuk dibawa pulang.” Ya, sebungkus kepiting asam manis seharga Rp 250 ribu menyertai perjalanan pulang kembali ke Jakarta.

No comments:

Post a Comment