Wednesday 25 May 2016

Menjemput Pagi di Istana Ratu Boko


Lupakan sejenak menikmati matahari terbit di puncak gunung atau hamparan laut. Coba datang ke Istana Ratu Boko ketika fajar menjelang. Pemandangan di istana megah seluas 250.000 meter persegi ini tidak hanya menawarkan pesona pagi, tapi juga sensasi kedamaian di atas bukit sesuai arti namanya. Lokasi ini relatif mudah dijangkau dan tidak sulit kendaraan yang dapat mengantar wisatawan kapan pun kita mau.

Jika ingin lebih simple mengatur perjalanan ke Istana Ratu Boko, kita bisa mendaftar menjadi peserta Boko Trekking di Taman Wisata Candi. Paket yang ditawarkan tidak hanya berkeliling candi, tapi juga menikmati senja di Plasa Andrawina (salah satu bangsal Istana Ratu Boko), lalu bermalam di bawah naungan tenda dan trekking menapaki satu demi satu bukit Boko sambil menikmati matahari terbit serta melihat candi-candi di kompleks Ratu Boko.

Seperti ritual menikmati matahari terbit di tempat lain, perjalanan mesti dimulai sejak dini hari, sekira antara pukul 03.00 - 04.00 WIB. Perjalanan bisa diawali menuju Bukit Tugel. Karena hari masih gelap, mungkin belum banyak pemandangan yang dapat kita nikmati. Tapi, tidak perlu khawatir karena hiburan lain bisa didapat: nada alam dari suara serangga maupun burung yang segera diganti dengan sahutan kokok ayam.

Perjalanan menuju Bukit Tugel biasanya berakhir sebelum fajar menjelang sehingga masih ada cukup waktu untuk istirahat menunggu matahari terbit. Inilah saat paling tepat untuk menikmati langit yang berubah. Langit malam yang gelap perlahan-lahan digantikan dengan gradasi warna kuning ke merah-merahan. Semakin lama, warna kuning makin dominan sebagai penanda bahwa matahari sudah mulai tinggi.


Ketika matahari benar-benar menghiasi pagi, warna langit segera berubah menjadi biru dan awan pun berganti menjadi putih. Begitu matahari terlihat bulat di ujung timur, pemandangan alam di Bukit Tugel mulai menggoda. Cobalah tengok sisi utara. Gunung Merapi yang kokoh bersama asap putih yang selalu menyertai menandakan betapa kokoh si Merapi ini. Di sisi utara juga kita bisa menyaksikan kemegahan Candi Prambanan sebagai candi Hindu tercantik di muka bumi. Jangan lupakan pula pemandangan Kota Yogyakarta bersama hamparan sawah dan pedusunan.

Istana Ratu Boko yang terletak 196 meter di atas permukaan laut menyuguhkan kedamaian ala perbukitan masa silam di pagi hari. Area istana yang cukup luas ini terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-balai, tiga candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, stupa Buddha, dan kolam ada di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.

Jika kita masuk dari pintu gerbang istana, kita bisa langsung menuju bagian tengah. Dua gapura besar siap menyambut. Gapura pertama memiliki tiga pintu dan gapura kedua punya lima pintu. Kita bisa menemukan tulisan Panabwara di gapura pertama. Berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, tulisan ini dibuat oleh Rakai Panabwara, keturunan Rakai Panangkaran yang mengambil alih Istana Ratu Boko. Tulisan ini untuk melegitimasi kekuasaan, memberi kekuatan dan tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.

Jika kita telusuri bagian dalam candi, kita disuguhi pemandangan rerumputan yang menghampar diselingi oleh tumpukan batu serupa panggung yang disebut Paseban. Inilah tempat para tamu  yang menunggu untuk bertemu dengan Raja. Di bagian lain kita mudah menemukan reruntuhan batu bekas bangunan. Reruntuhan ini justru menggambarkan betapa megah istana yang dibangun oleh seorang Buddha dengan unsur-unsur bangunan Hindu ini. Tidak heran makin masuk bagian dalam candi, nuansa eksotis semakin terasa.

Bagian dalam Istana Ratu Boko banyak memiliki kontur perbukitan yang naik turun. Di satu sisi terdapat bentuk bangunan yang menyerupai panggung. Bisa jadi bangunan ini merupakan bagian dari lantai bangunan. Di bagian yang lain ada tempat yang dilingkupi tembok batu dan beberapa kolam tempat mandi penghuni istana. Tidak jauh dari kolam-kolam pemandian ini terdapat kolam lain yang digunakan sebagian orang untuk memancing.

Mari kita simak satu persatu kemegahan istana ini dari gapura kedua. Kita langsung menemukan bangungan candi berbahan dasar batu putih sehingga dikenal orang sebagai Candi Batu Putih. Tidak seberapa jauh dari candi ini kita bisa menemukan Candi Pembakaran yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 26 meter x 26 meter yang memiliki dua teras. Sesuai namanya, candi itu digunakan untuk membakar jenazah.

Salah satu misteri dalam istana ini yang menjadi pertanyaan banyak orang adalah sumur di sisi tenggara Candi Pembakaran. Banyak yang meyakini sumur ini bernama Amerta Mantana atau air suci yang telah diberi mantra. Bagi sebagian kalangan, air sumur ini diyakini mampu membawa keberuntungan bagi penggunanya. Sedangkan umat Hindu menggunakan air sumur ini sebagai air untuk upacara Tawur Agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air bertujuan memurnikan diri kembali dan mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awal.

Pada bagian timur istana adalah dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Buddha yang terlihat tenang. Dua gua ini terbuat dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang terletak lebih tinggi disebut Gua Lanang. Sedangkan gua di posisi lebih rendah Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.

Dibandingkan dengan warisan yang lain, Istana Ratu Boko memiliki keunikan tersendiri. Jika bangunan lain biasanya berupa candi atau kuil, Istana Ratu Boko justru memiliki ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Hal ini bisa dilhat dari penggunaan bahan kayu untuk tiang dan atap meskipun kini sudah tidak terlihat lagi.

No comments:

Post a Comment