Di masa kejayaan Kerajaan Melayu Lingga Riau, Pulau Penyengat merupakan gudang ilmuwan pelbagai bidang seperti sastra, agama, pemerintahan, budaya, dan lain-lain. Belasan cendekiawan yang berasal dari pohon keleuarga yang sama menulis beragam naskah kuno dalam huruf Arab-Melayu. Gurindam Duabelas, karya Raja Ali Haji mendapat tempat tersendiri karena dianggap sebagai karya sastra terbesar pada masanya.
Ratusan karya lawas dari Penyengat itu masih bisa dilihat hingga kini. Tapi, tidak sedikit pula yang beralih tangan, bahkan melintasi batas negara. Di kantor Yayasan Kebudayaan Indrasakti di Pulau Penyengat, tak kurang 350 naskah kuno yang berhasil diselamatkan. “Sisanya tersebar di Singapura dan Malaysia,” kata Raja Malik Hafrizal, salah seorang ahli waris Kerajaan Melayu Lingga Riau. Sebagian tampak sudah kusam, tersimpan di lemari kantor ini.
Naskah kuno warisan Kerajaan Melayu Lingga Riau ini tak melulu bicara masalah agama, sosial maupun pemerintahan. Buku tentang hubungan intim suami isteri sesuai ajaran Islam dan budaya Melayu juga terselip di antara warisan ini. Ada sekira sepuluh naskah kuno yang membahas seks warga dan keluarga kerajaan. Buku semacam Kamasutera yang diberi tajuk Cempaka Putih ini tidak hanya berisi ulasan, tapi juga ilustrasi teknik-teknik bersenggama. Inilah kitab tentang panduan seks pertama di wilayah Nusantara.
Kitab beraksara Arab-Melayu ini ditulis Raja Abdullah yang biasa dipanggil Abu Muhammad Adnan pada akhir abad ke-19. Dia adalah putra dari Raja Ali Haji, penulis Gurindam Duabelas sekaligus bapak bahasa Indonesia dan pahlawan nasional. Pembahasan dalam kitab setebal 150 halaman ini tergolong erotis, tapi tidak vulgar. Kehidupan seksual masyarakat Melayu dan para raja dibahas secara menarik dan menggelitik. “Mungkin ini yang disebut yang nikmat tanpa harus berdosa,” katanya.
Sesuai ajaran Islam yang melandasi penulisan buku ini, Cempaka Putih tidak hanya membahas masalah teknik dan gaya bersenggama, tapi juga doa-doa sebelum hubungan intim dimulai. Dari penjelasan buku ini tergambar jelas bahwa Abu Muhammad Adnan ini menekankan pentingnya kehidupan seks yang benar sesuai ajaran Islam, sejalan dengan tradisi Melayu, dan bisa menjadi pondasi membangun keluarga sakinah. Karena itu, erotisme dalam kitab ini dikemas dengan cara yang mendidik. . “Sekitar ada sepuluh naskah tentang tema yang sama,” katanya.
Selain Abu Muhammad Adnan, kitab sejenis juga ditulis oleh penulis lain. Salah satunya adalah Khatijah Terung, isteri Abu Muhammad Adnan. Khatijah menulis Kumpulan Gunawan, naskah tentang hubungan intim yang dilihat dari sudut pandang perempuan. Selain dilengkapi tulisan, buku 197 halaman ini juga memuat ilustrasi dan foto tentang berbagai teknik hubungan suami isteri. Karya Khatijah kemudian lebih dikenal dengan sebutan Gerakan Tujuh, tujuh gerakan yang biasa diperagakan perempuan dalam berhubungan intim.
Naskah-naskah kuno ini merupakan warisan budaya yang tidak ternilai harganya karena berisi sejarah, budaya, politik, sastra, dan pelbagai tema dalam kehidupan masyarakat Melayu. Naskah-naskah ini telah menjadi rujukan penting dalam penelitian tentang masyarakat Melayu, baik yang berada di Riau, Kepulauan Riau, Malaysia, hingga Singapura. Tidak mengherankan jika ratusan naskah kuno Melayu ini menjadi buruan para kolektor dari negara-negara tersebut. Mereka juga memburu naskah sejenis hingga Tanjungpinaang dan Kabupaten Lingga.
Selain naskah kuno tulisan tangan, Penyengat juga dikenal memiliki trandisi penulisan mushaf Al Quran. Warisan ini masih dapat dilihat di bagian depan Masjid Raya Penyengat sebagai bukti penulisan mushaf yang sudah berlangsung sejak tiga abad silam. Bukan hanya menulis ulang mushaf, sebagian mushaf justru dilengkapi dengan syarah (penjelasan) tentang ayat Al Quran yang ditempatkan di salah satu sisi halaman Al Quran.
Nilai historis naskah kuno Melayu ini sangat menarik bagi kolektor. Karena itu mereka tidak segan menawarkan harga yang sangat tinggi kepada pemilik naskah. “Saya pernah dibujuk untuk menjual naskah kuno Melayu,” kata Malik Hafrizal. Harga setiap naskah tentu tidak sama karena bergantung pada isi dan nilai sejarahnyal. Konon, harga satu naskah Melayu kuno ada yang mencapai ratusan juta rupiah.
Malik mengatakan, Pulau Penyengat akan menjadi lebih baik jika pemerintah lebih serius dalam menjaga dan merawat naskah-naskah kuno Melayu ini. “Jadi tidak hanya merawat bangunannya saja,” katanya. Bagaimana pun juga naskah-naskah kuno merupakan catatan sejarah yang tidak bisa dibantah karena merupakan catatan atas apa yang terjadi di masa lalu.
assalamualaikum we.wb,saya. IBU ENDANG WULANDARI Dri jawah timur tapi sekarang merantahu di teiwan bekerja sebagai pembantu ingin mengucapakan banyak terimah kasih kepada KI KANJENG DEMANG atas bantuan AKI. Kini impian saya selama ini semaunya sudah tercapai kenyataan dan berkat bantuan KI KANJENG DEMANG pula yang telah memberikan Angka gaib hasil ritual beliau kepada saya yaitu 4D. Dan alhamdulillah berasil tembus. Dan rencana saya ingin Mau pulang ke kampung kumpul kembali degang keluarga saya sekali lagi makasih yaa KI karna waktu itu saya cuma bermodalkan uang cuma 400rb Dan akhirnya saya menang. berkat angka gaib hasil ritual AKI KANJENG DEMANG saya sudah buka usaha warung makan Dan suami saya peternakan. Kini kehidupan keluarga saya jauh lebih baik dari sebelumnya, Dan saya ATAS Nama IBU ENDANG WULANDARI sekali lagi saya betul betul sagat berterima kasih kepada AKI Dan saya minta Maaf kalau Nama AKI saya tulis di internet itu semua saya lakukan karna saya Mau ada orang yang meminta bantuan Sama AKI agar seperti saya sudah sukses. Dan membatu orang orang yang kesusaan. bagi anda yang ingin seperti saya silahkan HUB / KI KANJENG DEMANG di Nomor INI: 081 / 234 / 666 / 039 / insya allah AKI akan membantu anda karna ramalan KI KANJENG DEMANG memiliki ramalan GAIB yang bagus Dan dijamain tembus
ReplyDelete